Senin, 23 September 2013

EVALUASI DI RANAH "TAMAN" KANANK-KANAK BI "UNIK"

Selasa, 01 Januari 2013

SISTEM PENILAIAN PENDIDIKAN PADA RANAH KANAK-KANAK ( TK )


TK atau Taman Kanak-Kanak merupakan proses awal pendidikan formal yang didapatkan oleh anak-anak yang umumnya berumur 4 tahun – 7 tahun. TK digunakan sebagai tempat sosialisasi anak kedua selain rumah dan lingkungan sekitar. Dunia kanak-kanak memang menyenangkan. Banyak hal yang terjadi dalam proses pendidikan. Entah kenakalan ataupun kepandaian anak-anak dalam menyelesaikan tugas belajar. Dalam keadaan yang demikian, pendidik memiliki peranan untuk selalu menilai anak-anak didiknya melalui tiga aspek yakni kognitif, psikomotorik dan afektif. TK diciptakan sebagai sekolah yang progresif dan giat dalam mengembangkan potensi diri si anak didik untuk menjadi sekolah yang bisa melayani kebutuhan anak didiknya dalam belajar dan mencapai hasil yang terbaik.  Di dalam kelas, anak didik juga dapat mengasah kemampuannya dengan cara ikut berpartisipasi dalam adegan yang telah dipragakan oleh guru. Misalnya melompati tali dengan ketinggian 50 cm, disini guru dapat melihat keaktifan dan kemampuan anak didik dalam melompat tali. Hal ini terkait dengan sistem penilaian yang berlaku di sekolah tersebut. Dengan melihat kemampuan seorang peserta didik melalui kegiatan belajar mengajarnya, seorang pendidik telah mampu menilai perkembangan kreatifitas dan kemampuan peserta didik.
 Sistem penilaian akan bergantung pada semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan melakuakan pengamatan setiap harinya terhadap perkembangan kompetensi para peserta didik secara continue, seorang pendidik akan mendapatkan hasil asesment yang lebih valid. Karena, secara normatif proses evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun belajar, sehingga hasil evaluasi lebih bersifat komprehensif.   Hasil asesmen tersebut tentunya akan menunjukkan sejauh mana kemampuan pendidik dalam membantu peserta didik untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang dipelajarinya melalui kegiatan belajar mengajar. Fungsi dari assessmen in education atau sistem penilaian dalam pendidikan tersebut adalah untuk menggunakan data hasil penilaian sebagai alat evaluasi bagi peserta didik secara individual dan juga bagi lembaga pendidikan tempatnya belajar. Sistem Penilaian merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi belajar peserta didik. Karena dengan sistem penilaian pendidikan dapat diketahui proses perkembangan para peserta didik melalui pengamatan pendidik sehari-hari. Bentuk penilaian yang ada di TK biasanya berupa bintang bukan angka. Sedikit banyaknya bintang yang diperoleh peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat atau lebih terpuruk dalam pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta didik memiliki 2 fungsi: pertama adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik secara individual sehingga pendidik dapat memberikan perhatian lebih bagi mereka yang mengalami kemunduran dalam proses belajar, fungsi kedua adalah agar pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta didik atas proses pendidikan yang telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki referensi yang akurat atas perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses belajar dan dapat merumuskan pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan kemampuan peserta didik. 
Dalam menentukan apakah peserta didik yang bersangkutan telah menguasai kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, hanya oleh pendidik tentunya. Sebab pihak yang paling  mengetahui perkembangan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan hanyalah pendidik. Hal ini sejalan dengan apa yang termaktub dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 58 ayat 1 bahwa ‘evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan’. Di dalam pendidikan yang bertingkat anak-anak atau biasa disebut dengan TK, penilaian yang baik peserta didik selalu dinantikan oleh para wali murid. Mereka menunggu hasil belajar anak-anaknya. Hal inilah yang menjadi para wali murid penasaran dengan sistem penilaian yang ada di TK anak-anaknya. Dengan sistem pemberian bintang kepada peserta didiklah yang menggambarkan keaktifan peserta didik tersebut. Dengan sistem penilaian yang demikian pendidik mencoba menawarkan kepada peserta didik untuk selalu memiliki semangat yang tinggi dalam belajar.  
Sistem penilaian pendidik mampu mewakili gambaran dari perkembangan kemampuan atau kreatifitas yang diperoleh peserta didik melalui proses belajar mengajar di dalam maupun diluar kelas. Pendidikan merupakan alat bantu untuk penilaian  kemampuan setiap peserta didiknya. Dalam paper ini, peneliti meneliti sistem penilaian yang bagaimanakah yang ada dalam ranah pendidikan kanak-kanak (TK).
Sistem Penilaian merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi proses belajar peserta didik. Karena dengan sistem penilaian pendidikan dapat diketahui proses perkembangan para peserta didik melalui pengamatan pendidik sehari-hari. Bentuk penilaian yang ada di TK biasanya berupa bintang bukan angka. Sedikit banyaknya bintang yang diperoleh peserta didik akan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat atau lebih terpuruk dalam pendidikan. Perolehan tersebut bukan merupakan bukti dari perkembangan peserta didik yang benar. Karena penilaian secara instan tersebut hanya bertujuan untuk memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar dengan bukti banyaknya stempel bintang di tangan peserta didik. Pendidik tidak akan memberikan nilai yang kurang baik di mata peserta didik. Akan tetapi penilaian tersebut dapat melalui  konseling dengan orangtua peserta didik secara langsung dan melalui hasil raport tiap semesternya. 
Kuantifikasi hasil penilaian belajar peserta didik tentu saja menjadi alat untuk menghasilkan manusia mekanis yang diredusir pada kemampuan akademis yang tidak memiliki kemampuan dalam menjawab integritas manusia sebagai pribadi yang dikaruniai aneka macam keistimewaan seperti akal budi, kehendak, emosi, dan berbagai macam keunikan lainnya, sebab itulah, seharusnya sistem penilaian hasil belajar peserta didik harus dikembangkan dengan docimologi, sebagai suatu cara penilaian dengan menekankan bahwa akuisisi ilmu dipahami bukan dalam arti banyaknya jumlah gagasan serta pengetahuan yang dapat dipahami dan diterima peserta didik, namun sejauh mana pengetahuan itu dapat mengubah sikap dan perilaku yang koheren dengan konsep sebuah sekolah yang mendidik. TK yang merupakan tempat awal pendidikan formal dari kanak-kanak, memberikan konsep atau sistem penilaian yang berbeda dari lembaga pendidikan yang bertingkat lebih lanjut seperti SD, SLTP, SMA maupun Perguruan Tinggi (PT). Di lembaga pendidikan yang lebih lanjut, sistem penilaian berupa angka yang mana angka tersebut dapat menggambarkan peningkatan atau penurunan kemampuan peserta didik dalam memahami suatu pelajaran. Dimana angka tersebut dikualifikasikan menurut angka yang diperoleh. Sistem penilaian akan bergantung pada semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan melakuakan pengamatan setiap harinya terhadap perkembangan kompetensi para peserta didik secara continue, seorang pendidik akan mendapatkan hasil asesment yang lebih valid. Karena, secara normatif proses evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun belajar, sehingga hasil evaluasi lebih bersifat komprehensif. Hasil asesmen tersebut tentunya akan menunjukkan sejauh mana kemampuan pendidik dalam membantu peserta didik untuk menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang dipelajarinya melalui kegiatan belajar mengajar. Fungsi dari assessmen in education atau assesment dalam pendidikan tersebut adalah untuk menggunakan data hasil penilaian sebagai alat evaluasi bagi peserta didik secara individual dan juga bagi lembaga pendidikan tempatnya belajar. Mengacu pada data hasil penilaian, secara langsung dapat mengevaluasi sistem pembelajaran yang mana efektif atau tidak. Penilaian ini dilakuakan secara berkala.
Sistem Penilaian Pendidikan Dalam Ranah Kanak-Kanak
     Dalam pendidikan di tingkat kanak-kanak, pendidik harus memiliki sifat yang lebih sabar dalam mendidik peserta didik. Karena dalam ranah ini, mereka berhadapan dengan anak-anak yang mana mereka belum mengetahui mana yang baik dan yang buruk. Pendidikan dalam ranah kanak-kanak, dipakai untuk perkenalan awal peserta didik di dunia pendidikan. Membawa mereka dalam pelajaran yang menyenangkan dan tidak menekan kehendak peserta didik untuk melakukan suatu hal. Dalam hal ini berkaitan dengan tugas. Pendidikan yang diperoleh peserta didik hanyalah pendidikan dasar sebagai seorang anak. Yang mana diajarkan tentang keberanian, kedisiplinan, interaksi dengan lingkungan baru, dan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendidikan yang berada di level bawah ini memberikan pengetahuan kepada peserta didik dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Seperti mengetahui apa guna matahari. Dalam menangkap dan memahami pelajaran yang diperoleh, pseserta didik diamati dan dibimbing dalam perkembangan kemampuan dan kreatifitas mereka. Seorang Pendidik akan selalu mengamati perkembangan  kognitif, afektif, dan psikomotorik para peserta didik.
  Kognitif
 Adalah cara kerja akal manusia yang bersumber pada otak yang dapat memahami materi pembelajaran secara akal sehat. Bentuk nyata dari kognitif adalah hasil nilai(angka/huruf) yang diperoleh di dalam raport atau dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi hasil dari kognitif TK bukan berupa angka atau huruf, melainkan memakai penilaian dalam bentuk pemberian stempel” bintang” pada tangan atau buku kerja peserta didik. Bintang merupakan bentuk nilai yang didapat oleh peserta didik. Tingkatan nilai dalam bintang adalah bintang satu berarti peserta didik tergolong belum mampu dalam mengerjakan tugas, bintang dua berarti peserta didik (rata-rata) mampu mengerjakan tugas, bintang tiga berarti peserta didik sudah mampu mengerrjakan tugas , bintang empat berarti peserta didik sangat mampu dalam mengerjakan tugas. Nilai bintang ini akan diberikan oleh pendidik kepada peserta didik dengan bentuk setempel yang berbentuk bintang. Stempel ini akan diberikan bila si anak didik sudah menyelesaikan tugas yang diberikan. 
 Dalam prakteknya, sistem penilaian berupa stempel bintang yang diberikan oleh para pendidik yang ada di tangan ataupun buku kerja peserta didik, kebanyakan hanyalah dipakai untuk menumbuhkan semangat yang berkesinambungan dalam belajar mengetahui, memahami, dan mengerjakan suatu hal yang baru atau yang sering dilakukan. Peserta didik yang berada dalam ranah ini memerlukan “bombongan” pendidik untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di dalam ataupun diluar kelas. Sehingga stempel bintang merupakan jembatan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat lagi dalam belajar. Pemberian stempel pada tangan atau buku kerja yang langsung diberikan kepada peserta didik lebih bagus dari kenyataannya. Maksudnya disini adalah banyak atau sedikit bintang yang diperoleh bukanlah hasil asli dari sistem  penilaian pendidik dalam ranah kanak-kanak. Karena pendidik memiliki catatan tersendiri hasil penilaian yang asli, yakni berupa SKH. Pemberian nilai yang dicatat dalam buku SKH yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana didalamnya terdapat laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap satu persatu atas perkembangan kemampuan peserta didiknya melalui indikator kegiatan belajar setiap harinya. Setiap harinya, didalam SKH akan dituliskan kegiatan dan siapa saja yang nama peserta didik yang telah mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik, standart atau mengalami penurunan dalam belajar. Hal ini akan terlihat pada kegiatan proses belajar mengajar bahwa peserta didik rata-rata mampu, sudah mampu dan sangat mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan peserta didik.  Baru pada akhir semester, bentuk kongkrit dari kognitif ini berupa penjelasan tentang kondisi peserta didik di dalam raport. Sehingga para wali murid peserta didik mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan anak-anaknya.
Di dalam pendidikan ranah kanak-kanak, Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan kinerja lembaga pendidikan dalam mendampingi peserta didiknya. Fungsi lainnya adalah pertama, untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik secara individual sehingga pendidik dapat memberikan perhatian lebih bagi mereka yang mengalami kemunduran dalam proses belajar, fungsi kedua adalah agar pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta didik atas proses pendidikan yang telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki referensi yang akurat atas perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses belajar dan dapat merumuskan pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
·         Afektif 
            Merupakan apresiasi dari perasaan atau psikologi atau kejiwaan seseorang. Afektif ini  berkaitan dengan rasa estetika (keindahan), apresiasi ( kesenian,olahraga, menggambar,musik,dll), dan berkaitan dengan humanitas anak didik. Afektif tidak dapat diukur oleh nilai, tetapi sejauh mana anak didik tersebut merasa nyaman dan diperhatikan. Di dalam kelas peserta didik berebut dalam mendapatkan simpati dari pendidik. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan perhatian dari pendidik. Seperti pada saat peserta didik melakukan kegiatan belajar, anak dapat mengerjakan tugas dengan baik kemudian pendidik memberikan pujian kepada anak didik. Misalnya saja pada kegiatan belajar, peserta didik diberikan kegiatan belajar untuk menggambar bebas bentuk dasar lilin. Para peserta didik saling ingin mendahului untuk dapat menyelesaikan tugas dengan cepat. Pendidik  pun memberi motivasi barang siapa yang dapat menyelesaikan dengan cepat akan diberikan bintang empat. Peran bintang disini bukan sebagai aspek penilaian yang sebenarnya. Bintang diberikan kepada anak didik dengan tujuan agar ada motivasi pada diri anak didik dalam menyelesaikan tugas dengan cepat. Anak didik yang mendapatkan bintang ditangannya akan merasakan senang karena anak didik hanya mengetahui bahwa bintang merupakan simbol dari kepandaian mereka. Sehingga dalam setiap mengerjakan tugas, anak didik akan selalu diberi motivasi ”siapa yang selesai dengan cepat akan mendapatkan bintang empat”. Meskipun pendidik tahu bahwa semua peserta didiknya akan diberikan bintang empat, bintang tiga ataupun bintang dua. Tingkatan bintang yang diperoleh peserta didik bertujuan agar peserta didik akan mampu bersaing dengan peserta didik yang lain untuk memperoleh deklarasi kepandaian atau kecerdasan mereka melalui perolehan stempel bintang. Sehingga akan memicu proses perubahan dari peserta didik agar selalu berlomba atau bersaing dalam setiap kegiatan. Motivasi ini dibangun dengan tujuan agar peserta didik tidak merasa putus asa dalam perolehan stempel bintang. Akhirnya peserta didik semangat untuk datang ke sekolah. Meskipun dengan tujuan datang ke sekolah bukan untuk bersaing melainkan mendapatkan teman yang lebih banyak daripada di rumah. Akan tetapi proses ini secara tidak langsung akan memaksa peserta didik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar seperti teman-temannya.
  
Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan (skill) seseorang.
Bentuk nyata dari produk psikomotorik adalah berupa hasil karya ( produktifitas). Psikomotorik peserta didik dapat dilihat dari hasil karyanya dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini mengambil contoh kemampuan peserta didik dalam mengerjakan kegiatan belajar berdiri satu kaki dengan tumit di atas kursi. Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam mengerjakan kegiatan belajar ini. Setiap peserta didik diharapkan mampu mengerjakan tugas ini. Dalam SKH, peserta didik melakukan kegiatan ini secara individu. Dengan cara unjuk kerja yang dilakukan di depan kelas. Pendidik akan  memberikan contoh bagaimana berdiri satu kaki dengan tumit di atas kursi kemudian peserta didik baru menirukan. Dari sini, pendidik sudah dapat mengamati siapa saja anak didiknya yanng mampu melakukan dan siapa yang belum mampu. Dari kegiatan ini, peserta didik tidak hanya mengasah dari segi kemampuan saja. Melainkan juga memberikan pada peserta didik untuk berani dalam setiap kegiatan dan belajar untuk berinteraksi kepada peserta didik lainnya. Yang mana peserta didik akan bergembira dengan kegiatan yang menyenangkan tersebut. Sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi secara baik.
         Sistem penilaian pendidikan yang ada di ranah kanak-kanak sebenarnya hanyalah proses pemberian motivasi agar peserta didik selalu bersemangat untuk belajar. SKH dan raport lah yang merupakan bentuk asli dari penilaian di tingkat pendidikan ini. Penilaian tersebut melalui perkembangan kemampuan yang berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik para peserta didik.
Kesimpulan 
 Pendidikan dalam ranah kanak-kanak merupakan langkah awal seorang anak mengenal pendidikan. Dunia kanak-kanak memang menyenangkan. Banyak hal yang terjadi dalam proses pendidikan. Entah kenakalan ataupun kepandaian anak-anak dalam menyelesaikan tugas belajar. Dalam keadaan yang demikian, pendidik memiliki peranan untuk selalu menilai anak-anak didiknya melalui tiga aspek yakni kognitif, psikomotorik dan afektif. Sistem penilaian akan bergantung pada semua kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan melakuakan pengamatan setiap harinya terhadap perkembangan kompetensi para peserta didik secara continue, seorang pendidik akan mendapatkan hasil asesment yang lebih valid. Karena, secara normatif proses evaluasi belajar siswa dimulai sejak awal tahun belajar, sehingga hasil evaluasi lebih bersifat komprehensif. Penilaian hasil belajar peserta didik memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : pertama adalah untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik secara individual sehingga pendidik dapat memberikan perhatian lebih bagi mereka yang mengalami kemunduran dalam proses belajar, fungsi kedua adalah agar pendidik mendapatkan umpan balik dari peserta didik atas proses pendidikan yang telah dilaksanakan sehingga pendidik memiliki referensi yang akurat atas perkembangan kemampuan peserta didik dalam proses belajar dan dapat merumuskan pola-pola belajar yang tepat dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.
        Sistem Penilaian pendidikan dalam ranah kanak-kanak melalui tiga aspek, yakni kognitif, psikomotorik dan afektif. Bentuk nyata dari Penilaian Kognitif ini adalah berupa  hasil nilai(angka/huruf) yang diperoleh di dalam raport atau dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi hasil dari kognitif TK bukan berupa angka atau huruf, melainkan memakai penilaian dalam bentuk pemberian stempel” bintang” pada tangan atau buku kerja peserta didik. Bintang merupakan bentuk nilai yang didapat oleh peserta didik. Pemberian nilai yang konkrit dicatat dalam buku SKH yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana didalamnya terdapat laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap satu persatu peserta didiknya. Setiap harinya, didalam SKH akan dituliskan kegiatan dan siapa saja yang nama peserta didik yang telah mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik, standart atau mengalami penurunan dalam belajar. Hal ini akan terlihat pada kegiatan proses belajar mengajar bahwa peserta didik rata-rata mampu, sudah mampu dan sangat mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan peserta didik.  Baru pada akhir semester, bentuk kongkrit dari kognitif ini berupa penjelasan tentang kondisi peserta didik di dalam raport. Sehingga para wali murid peserta didik mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan anak-anaknya.
       Kedua, adalah Afektif. Hal ini  berkaitan dengan rasa estetika (keindahan), apresiasi ( kesenian,olahraga, menggambar,musik,dll), dan berkaitan dengan humanitas anak didik. Afektif tidak dapat diukur oleh nilai, tetapi sejauh mana anak didik tersebut merasa nyaman dan diperhatikan. Yang mana mampu untuk peserta didik bersaing dalam mendapat perhatian pendidik melalui ketangkasan dan kecepatan peserta didik dalam mengerjarkan kegiatan belajar. Kemudian stempel Bintang diberikan kepada anak didik dengan tujuan agar ada motivasi pada diri anak didik dalam menyelesaikan tugas dengan cepat. Anak didik yang mendapatkan bintang ditangannya akan merasakan senang karena anak didik hanya mengetahui bahwa bintang merupakan simbol dari kepandaian mereka.
        Ketiga, adalah Psikomotorik. Bentuk nyata dari produk psikomotorik adalah berupa hasil karya ( produktifitas). Psikomotorik peserta didik dapat dilihat dari hasil karyanya dalam kegiatan belajar. Peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam mengerjakan kegiatan belajar ini. Setiap peserta didik diharapkan mampu mengerjakan tugas ini. Dalam SKH, peserta didik melakukan kegiatan ini secara individu. Dari sini, pendidik sudah dapat mengamati siapa saja anak didiknya yanng mampu melakukan dan siapa yang belum mampu. 
        Sistem penilaian pendidikan yang ada di ranah kanak-kanak sebenarnya hanyalah proses pemberian motivasi agar peserta didik selalu bersemangat untuk belajar ( berupa stempel bintang ditangan atau di buku kerja peserta didik ). SKH dan raport lah yang merupakan bentuk asli dari penilaian di tingkat pendidikan ini. Penilaian tersebut melalui perkembangan kemampuan yang berupa kognitif, afektif, dan psikomotorik para peserta didik.