MODEL
EVALUASI CIPP (CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT)
Posted on November 20, 2010 by Dinar
Pratama 5 Votes
Evaluasi, dari awal kemunculannya
sampai dengan saat ini terus mengalami perkembangan. Evaluasi merupakan istilah
baru dalam kajian keilmuan yang telah berkembang menjadi disiplin ilmu sendiri.
Walaupun demikian, bidang kajian evaluasi ternyata telah banyak memberikan
manfaat dan kontribusinya didalam memberikan informasi maupun data, khususnya
mengenai pelaksanan suatu program tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan
rekomendasi dan digunakan oleh pelaksana program tersebut untuk menentukan
keputusan, apakah program tersebut dihentikan, dilanjutkan, atau ditingkatkan
lebih baik lagi. Dan saat ini, evaluasi telah berkembang menjadi tren baru
sebagai disiplin ilmu baru dan sering digunakan oleh hampir semua bidang
dalam suatu program tertentu seperti,evaluasi program training pada sebuah
perusahaan, evaluasi program pembelajaran dalam pendidikan, maupun evalausi
kinerja para pegawai negeri sipil pada sebuah instansi tertentu.
Dalam implementasinya ternyata
evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan
tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program
pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program
pembelajaran dilakukan dengan dituan untuk melihat sejauh mana hasil belajar
telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu
sediri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk
melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan
menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa
model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan
evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, penulis hanya akan membahas
model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) yang dikembangkan
oleh Daniel Stufflebeam.
Model evaluasi CIPP dalam
pelaksanaannya lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan
model evaluasi ini lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi
lainnya. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stuffleabem, dkk (1967) di
Ohio State University. Model evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk
mengevaluasi ESEA (the Elementary and Secondary Education Act). CIPP
merupakan singkatan dari, context evaluation : evaluasi terhadap
konteks, input evaluation : evaluasi terhadap masukan, process
evaluation : evaluasi terhadap proses, dan product evaluation :
evaluasi terhadap hasil. Keempat singkatan dari CIPP tersebut itulah yang
menjadi komponen evaluasi.
Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan (a decision oriented evaluation approach structured).
Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam
membuat keputusan. Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko
mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most
important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep
tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting
evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Berikut ini akan di bahas komponen
atau dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product.
1. Context Evaluation (Evaluasi
Konteks)
Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan,
tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini,
evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto
dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi
dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini suharsimi memberikan
contoh evaluasi program makanan tambahan anak sekolah (PMTAS) dalam pengajuan
pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a) Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program,
misalnya jenis makanan dan siswa yang belum menerima ?
b) Tujuan pengembangan apakah yang belum tercapai oleh program,
misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan
tambahan ?
c) Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mnegembangkan
masyarakat, misalnya kesadaran orang tua untuk memberikan makanan bergizi
kepada anak-anaknya ?
d) Tujuan-tujuan manakah yang paling mudah
dicapai, misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan ?
2. Input
Evaluation (Evaluasi Masukan)
Tahap kedu dari model CIPP adalah evaluasi input,
atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur
kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya
manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4)
Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Dalam hal ini
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini
adalah :
a) Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas
pada perkembangan siswa ?
b) Berapa orang siswa yang menerima dengan
senang hati atas makanan tambahan itu ?
c) Bagaimana reaksi siswa terhadap
pelajaran setelah menerima makanan tambahan ?
d) Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa
setelah menerima makanan tambahan ?
Menurut
Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto, mengungkapkan bahwa
pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang
mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan.
3. Process
Evaluation (Evaluasi Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko
menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do
detect or predict in procedural design or its implementation during
implementation stage, 2) to provide information for programmed decision, and 3)
to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses
digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan
implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan
program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi
proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan
dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk
mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang
perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam
model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam
program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Oleh Stufflebeam diusulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk proses sebagai berikut :
a) Apakah pelaksanaan program sesuai
dengan jadwal ?
b) Apakah staf yang terlibat didalam
pelaksanaan program akan sanggung menangani kegiatan selama program berlangsung
dan kemungkinan jika dilanjutkan ?
c) Apakah sarana dan prasarana yang
disediakan dimanfaatkan secara maksimal ?
d) Hambatan-hambatan apa saja yang
dijumpai selama pelaksanaan program dan kemungkinan jika program dilanjutkan ?
4. Product
Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan
pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or
techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan
dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan
dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida
Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi
produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang
telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa,
evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat
ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat
menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program
dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pada tahap
evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai berikut :
a) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai ?
b) Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan
berkaitan antara rincian proses dengan
pencapaian tujuan ?
c) Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat
dipenuhi selama proses pemberian makanan
tambahan (misalnya variasi makanan,
banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu pemberian) ?
d) Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif
panjang dengan adanya program makanan
tambahan ini ?
Kelebihan dan Kekurangan Model
Evaluasi CIPP
Menurut Eko Putro Widoyoko model
evaluasi CIPP lebih komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena objek
evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses,
dan hasil. Selain kelebihan tersebut, di satu sisi model evaluasi ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain penerapan model ini dalam bidang program
pembelajaran dikelas mempunyai tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi jika
tidak adanya modifikasi.
DAFTAR BACAAN
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi
Program Pembelajaran : Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)
Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safrudin, Evaluasi Program Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, cetakan ketiga, (Jakarta : Bumi Aksara,
2009)
Zaenal Arifin, Evaluasi
Pembelajaran : Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2009)
Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum,
cetakan kedua, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar